Taman Sriwedari merupakan salah satu ikon Kota Solo yang kental sekali dengan nuansa seni dan budayanya. Warga Solo yang belum ke tempat wisata sejarah ini bukan warga Solo namanya dan belum ke Solo jika belum mengunjungi objek wisata ini bagi pengunjung dari luar kota. Berikut ini adalah ulasan singkat tentang Taman Sriwedari.

taman sriwedari surakarta

Sejarah Taman Sriwedari

Nama lain objek wisata sejarah ini adalah Taman Raja yang merupakan taman buatan yang dibuat oleh Pakubuwono X. Tanah yang dijadikan sebagai tempat berdirinya taman yang penuh sejarah tersebut dibeli oleh kakak ipar Pakubowono X yakni KRMT Wirjodiningrat dari orang Belanda pada tahun 1877 dengan status tanah hak milik.

Sayangnya karena adanya UU Pokok Agraria di tahun 1960 status hak milik tersebut berubah menjadi sebatas hak guna bangunan saja. Hal ini memicu sengketa antara ahli waris KRMT Wirjodiningrat dengan pemerintahan kota Solo.

Lokasi Taman Sriwedari

Jika berangkat dari arah kota Yogyakarta, untuk menuju objek wisata ini hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 sampai 2 jam saja ke arah timur. Melintasi Jalan Raya Jogja – Solo, langsung menuju ke Jalan Brigjen Slamet Riadi yang berada di kawasan Surakarta.

Jika sudah melihat stasiun Purwosari di sebelah kiri maka tandanya Taman Hiburan Rakyat tersebut sudah dekat. Letak gerbang masuk wisata ini nantinya di sebelah kanan jalan. Untuk lebih mudahnya alamat lengkap objek wisata ini tepatnya di Jl. Brigjen Slamet Riadi, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah.

Taman Hiburan Rakyat ini memang terletak tidak jauh dari pusat batik Laweyan dan juga Stasiun Purwosari. Oleh karena itu mudah sekali untuk dijangkau. Gerbang yang megah dengan desain artistik juga memudahkan pengunjung untuk menemukan objek wisata satu ini.

lokasi sriwedari

Keunikan Taman Sriwedari

Objek wisata yang terkenal di kota Solo ini merupakan sebuah komplek karena memiliki area yang cukup luas. Taman ini sangat luas karena memang ada gelanggang olahraga dan museum di kawasan Taman Sriwedari. Taman yang didirikan oleh Pakubuwono X ini menjadi salah satu ciri khas kota Solo yang tidak hanya difungsikan sebagai Taman Hiburan Rakyat namun pelatarannya juga digunakan untuk acara malam selikuran oleh warga sekitar.

Malam selikuran ini artinya malam 21 dimana warga sekitar berkumpul untuk memanjatkan doa bersama. Acara ini rutin dilakukan di halaman Taman Sriwedari membuat suasana di sini selalu terasa kental akan budaya Jawa Tengahnya. Uniknya lagi di tahun 1948 taman ini menjadi tempat diselenggarakannya PON atau Pekan Olahraga Nasional I meski status kepemilikan tanah masih dalam sengketa.

Bac juga wisata edukasi : Agrowisata Sondokoro

Gedung Wayang Orang Sriwedari

Gedung ini adalah ciri khas dari Taman Sriwedari. GWO Sriwedari begitu orang menyebutnya adalah tempat dimana pertunjukan wayang orang digelar. Kisah yang biasa disuguhkan oleh wayang orang GWO Sriwedari ini berasal dari Mahabarata dan Ramayana.

Namun tentu saja tidak melulu dua kisah tersebut, sesekali ada juga penampilan atau pertunjukan yang mengisahkan kisah lain yang melibatkan banyak seniman atau komunitas wayang baik dari Solo sendiri maupun kota lain seperti Surabaya, Semarang, dan Jakarta.

Gedung Wayang Orang ini tidak hanya digunakan sebagai sarana digelarnya pertunjukan wayang orang namun juga biasa disewakan untuk digunakan para anak muda yang akan menggelar pementasan seni. Bangunan ini dikenal masih mempertahankan gedung asli sejak jaman colonial terutama bagian dindingnya.

Dinding-dinding di GWO Sriwedari masih menggunakan kaca bukan tembok yang terbuat dari batu bata dan semen, karena pasalnya penggunaan kaca tersebut bisa mengehemat listrik serta bisa membuat warga yang tidak bisa membeli tiket masuk ke gedung ini untuk melihat pentas atau pertunjukan bisa ikut menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung.

keunikan sriwedari

Taman Sriwedari Ditutup

Sayang sekali seiring berjalannya waktu Taman Sriwedari yang merupakan ikon kota Solo ini harus rela ditutup. Sengketa berkepanjangan antara Pemkot dan ahli waris KRMT Wirjodiningrat membuat GWO Sriwedari dalam kondisi yang memprihatinkan selain itu menurunnya minat masyarakat terhadap wayang orang yang dilatarbelakangi perkembangan jaman menjadi faktor-faktor pendukung Taman Hiburan Rakyat ini tutup.

Pasalnya, Pemerintah Kota Surakarta membangun masjid di kawasan Jl Brigjen Slamet Riadi tersebut. Masjid tersebut diberi nama Masjid Taman Sriwedari Surakarta (MTSS). Tujuan pemkot Surakarta membangun MTSS ini selain sebagai tempat ibadah nantinya akan menjadi destinasi wisata baru di Kota Solo.

Masjid megah satu ini memang dibangun di lahan Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari yang merupakan peninggalan dari Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pakubuwono X. Taman yang dibangun oleh Pakubowono X di tahun 1985 ini dulunya dikenal sebagai Taman Raja yang akhirnya menjadi ikon Kota Solo.

Dari Taman Sriwedari inilah lahir banyak sekali seniman, khususnya seniman dalam bidang musik dengan genre keroncong, campursari, dan juga dangdut. Begitu kental sekali nuansa budaya yang ada di objek wisata sejarah ini. Namun karena banyak faktor yang akhirnya membuat wisata ini harus tutup, kini berdiri Masjid Taman Sriwedari Surakarta yang megah.

Lahan tempat wisata yang sekaligus ikon kota Solo tersebut sudah terkenal sangat luas yakni mencapai 17.200 meter persegi tersebut menjadi tempat berdirinya MTSS yang memiliki 5 menara dimana salah satu menaranya akan menjadi menara tertinggi di Indonesia dengan tinggi 114 meter. Dari keterangan ketua pembangunan tempat ibadah ini nantinya mengusung tema bangunan

Masjid Agung Demak.

Memang sangat disayangkan karena Taman Sriwedari sudah melekat di warga Solo sebagai ikon Kota Solo. Semoga saja Masjid Taman Sriwedari Surakarta juga bisa menjadi kebanggaan warga Solo dan juga bisa menjadi tempat generasi milenial untuk tempat beribadah serta membangun kerukunan meski harus mengorbankan sejarah Taman Raja peninggalan Pakubuwono X.